25.05.347
000 - General Works
Karya Ilmiah - Thesis (S2) - Reference
Digital Forensics
10 kali
Kemunculan teknologi baru telah membawa perubahan signifikan pada berbagai aspek kehidupan, termasuk sistem pembayaran. Di Indonesia, metode pembayaran digital seperti transfer bank, kartu kredit, dan uang elektronik telah banyak digunakan. Seiring waktu, penggunaan pembayaran berbasis Quick Response (QR), seperti QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), telah meningkat secara signifikan. QRIS adalah standar nasional yang dikembangkan oleh Bank Indonesia pada Agustus 2019 untuk mengintegrasikan berbagai metode pembayaran QR yang sudah ada di negara ini. Meskipun menawarkan kemudahan dan efisiensi, sistem berbasis QRIS rentan terhadap berbagai skema penipuan, termasuk bukti transaksi palsu dan penggantian stiker kode QR tanpa izin. Insiden di tempat ibadah dan usaha kecil telah menyoroti kebutuhan akan pendekatan yang lebih terstruktur dan sistematis dalam kesiapan forensik digital.<br /> Penelitian ini mengusulkan model konseptual yang disebut Proactive Forensic By-Design, yang tidak hanya berfokus pada tanggapan pasca insiden tetapi juga pada kesiapan bukti secara proaktif sejak fase desain sistem awal. Model ini mencakup prosedur standar untuk pengumpulan bukti dan dikembangkan melalui proses manajemen risiko forensik digital terintegrasi. Proses ini mengidentifikasi enam kategori risiko utama dalam ekosistem QRIS: R1 (Transaksi Tidak Sah Melalui Kode QR), R2 (Perangkat Pengguna yang Diretas Melalui Pemindaian Kode QR), R3 (Paparannya Data Pribadi dan Keuangan), R4 (Gangguan dalam Pengolahan Pembayaran), R5 (Kesalahan Pengguna Akibat Rendahnya Literasi Digital), dan R6 (Sengketa Biaya Transaksi Merchant). Model ini kemudian diverifikasi menggunakan dua kasus nyata: penggantian stiker QRIS di Masjid Nurul Imam, Blok M Square, Jakarta, dan insiden bukti transaksi QRIS palsu di Moxie Bakery. Kasus-kasus ini berfungsi sebagai lingkungan uji untuk mengevaluasi kinerja model terhadap subset representatif dari risiko-risiko tersebut, khususnya menunjukkan skenario terkait R1, R5, dan R6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model yang diusulkan meningkatkan waktu respons insiden, kelengkapan bukti, dan akurasi identifikasi bukti digital dibandingkan dengan pendekatan forensik reaktif. Penelitian ini ditujukan untuk organisasi yang mengimplementasikan sistem pembayaran berbasis QRIS, berfungsi sebagai panduan dasar untuk meningkatkan kesiapan forensik digital dan memperkuat mekanisme mitigasi insiden terkait transaksi berbasis kode QR.
Tersedia 1 dari total 1 Koleksi
Nama | TEGUH RIJANANDI |
Jenis | Perorangan |
Penyunting | Niken Dwi Wahyu Cahyani, Setyorini |
Penerjemah |
Nama | Universitas Telkom, S2 Ilmu Forensik |
Kota | Bandung |
Tahun | 2025 |
Harga sewa | IDR 0,00 |
Denda harian | IDR 0,00 |
Jenis | Non-Sirkulasi |