Penelitian ini memaparkan latar belakang yang dikaji dari pemikiran dan pemahaman pada tataran global, tataran nasional, tataran institusional maupun pada tataran operasional. Dari keempat lingkungan tersebut diperoleh suatu pemahaman yang sama bahwa entrepreneurship diyakini sebagai kunci pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru. Di lingkungan perguruan tinggi, muncul pemikiran yang berkembang bahwa terdapat sasaran pendidikan entrepreneurship yang beranekaragam, mulai dari aspek sikap entrepreneurial, aspek penciptaan lapangan kerja baru bahkan sampai kepada aspek kontribusi terhadap komunitas dalam menolong entrepreneur lokal untuk tumbuh dan berkembang. Secara khusus, adanya kondisi-kondisi dinamis dan beragam pada penyelenggaraan pendidikan entrepreneurship yang semakin kuat gaungnya juga terjadi di Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Kristen Maranatha (Maranatha) dan Institut Manajemen Telkom (IM Telkom). Peneliti meyakini bahwa semestinya PTN dan PTS berperan sebagai garda terdepan dalam memajukan bangsa Indonesia yang mampu memberikan solusi dan menghasilkan dampak pembelajaran pendidikan entrepreneurship dalam wujud penciptaan generasi educated entrepreneur.
Bertolak dari kondisi-kondisi tersebut, maka peneliti menetapkan fokus penelitian ini pada empat kelompok problematik, yakni: 1) Filosofi; 2) Kebijakan; 3) Strategi dan 4) Program. Ada tiga tujual penelitian yang ingin dicapai, yakni: 1) Mendeskripsikan hasil penelitian; 2) Menganalisis hasil penelitian; dan 3) Merekomendasikan model hipotetik pendidikan entrepreneurship di perguruan tinggi.
Penelitian ini dilakukan dengan interpretatif secara kualitatif melalui pendekatan ethnography. Dengan demikian, peneliti memperoleh peluang untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna, yang merupakan suatu pemahaman d balik data yang tampak. Adanya interaksi antara peneliti dengan responden melalui metode in-depth interview akan mengurangi error tipe-III (asking the wrong question) dan error tipe-IV (solving the wrong problem)
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa pendidikan entrepreneuship cenderung dikaitkan dengan academic atmosphere yang spesifik dari lingkungan perguruan tinggi yang bersangkutan, seingga muncul berbagai macam akronim, seperti misalnya "ecopreneur", "edupreneur", "creativepreneur", "digipreneur", "sociopreneur" dan "technopreneur". Dengan kondisi keberagaman ini peneliti merekomendasikan the "Triple-I" Learning Model of Entrepreneurship yang didalamnya terkandung cita-cita ideal yakni untuk menciptakan "the future generation of Indonesian educatad entrepreneurs"