PT. Pindad adalah perusahaan manufaktur Indonesia yang mengkhususkan
diri dalam produk-produk militer dan komersial. Kegiatan ini mencakup desain,
pengembangan, rekayasa dan fabrikasi serta pemeliharaan. PT. Pindad menyadari
bahwa produk dan kualitas layanan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan
sangat berpengaruh terhadap kesuksesan bisnis perusahaan. Pada pabrik cor ini,
diproduksi produk Bushing, dan Coupling Head. Bushing memiliki tingkat
kompleksitas yang tinggi dalam proses produksinya, tetapi jumlah defect dan
jumlah ordernya relatif rendah, sedangkan Coupling head memilki tingkat
kompleksitas, jumlah order dan jumlah defect yang tinggi, sehingga diperlukan
perhatian khusus untuk mengetahui penyebab tingginya tingkat defect pada
Coupling Head. Dari data hasil produksi selama tahun 2009, didapatkan jumlah
produk Coupling Head yang cacat berada di atas dari target perusahaan yaitu
jumlah cacat < 5%. Agar kepuasan pelanggan dan efisiensi perusahaan dapat
tercapai PT. Pindad berusaha untuk mengendalikan dan meningkatkan kualitas
produksinya.
Metode Six Sigma merupakan suatu sistem yang komprehensif dan
flexible untuk mencapai, mempertahankan dan memaksimalkan sukses bisnis
yang dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap kebutuhan pelanggan,
pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data dan analisis statistik serta perhatian
yang cermat untuk mengelola dan memperbaiki proses bisnis dalam menuju
kesempurnaan ( zero defect per ). Six Sigma didasarkan pada pengukuran untuk
mengurangi variasi atau inkonsistensi dari suatu sistem bisnis dalam perusahaan.
Tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam implementasi Six Sigma adalah
Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control (DMAIC). Pada tahap define
dilakukan pemilihan produk dan identifikasi Critical To Quality ( CTQ ) serta
perumusan masalah Six Sigma. Pada tahap measure dilakukan pengukuran
kemampuan proses pada level output. Setelah kemampuan proses eksisting
sebagai baseline kinerja diketahui, maka dilakukan analisis terhadap jenis cacat
yang terjadi beserta akar penyebabnya menggunakan analisis pareto dan fishbone
chart. Selanjutnya pada tahap improve diberikan suatu usulan perbaikan untuk
meminimasi timbulnya cacat kritis pada Coupling Head.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap data kualitas produk
Coupling Head selama bulan Januari - Desember 2009, dapat diketahui bahwa
penyebab cacat kritis adalah cacat beku dini, cacat geser cetakan, cacat inklusi
terak, dan cacat inklusi pasir. Adapun performansi eksisting proses produksi
Coupling Head pada level output adalah nilai DPMO 10902 dan level sigma x3,8
sigma. Level sigma ini masih berada dalam nilai rata-rata industri di Indonesia
sehingga PT. Pindad perlu melakukan perbaikan secara berkelanjutan agar dapat
mencapai nilai Six Sigma. Coupling Head, Defect, DPMO, Six Sigma