Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara invasive dan non-invasive. Alat yang paling umum
digunakan untuk mengukur tekanan darah secara non-invasive adalah sphygmomanometer. Akan tetapi,
sphygmomanometer tidak dapat melakukan pengukuran secara kontinyu. Sehingga tidak cocok digunakan
untuk pasien yang membutuhkan perawatan secara intensif dan pengawasan setiap hari seperti pasien
kardiovaskular dan obstructive sleep apnea. Metode pulse transit time dapat menjadi solusi dari permasalahan
tersebut, karena metode ini dapat melakukan pengukuran tekanan darah secara non-invasive dan
kontinyu. Namun demikian, penelitian dalam bidang tersebut menunjukan bahwa algoritma untuk pengukuran
tekan darah diastolik menghasilkan error rate yang bervariasi antara satu dengan yang lain. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, tugas akhir ini melakukan studi perbandingan antara dua algoritma
dalam pengukuran tekanan darah menggunakan metode pulse transit time, kemudian menambahkan interval
pembacaan tekanan darah selama satu menit untuk diimplementasikan pada algoritma terpilih dan
dibuat prototype-nya. Untuk mengevaluasi prototype, dilakukan uji coba dengan membandingkan nilai
mean error prototype dan sphygmomanometer. Hasil pengukuran tekanan darah pada prototype kemudian
dilakukan adjustment untuk mendapatkan nilai mean error yang lebih baik. Pada penelitian ini, metode
pulse transit time dilakukan dengan menghitung interval waktu antara dua titik pada sinyal elektrokardiogram
dan fotopletismogram. Hasil eksperimen menunjukkan, nilai mean error terbaik sebesar ± 7,6 mmHg
dengan standar deviasi 5,41 mmHg. Setelah dilakukan adjustment nilai mean error meningkat menjadi ±
6,16 dengan standar deviasi 4,09 mmHg, hasil ini tidak cukup bagus apabila dibandingkan dengan regulasi
ANSI/AAMI yang mengharuskan nilai mean error kurang dari ± 5 mmHg dan standar deviasi kurang dari
8 mmHg.