Tugas Akhir ini melakukan analisa fungsi scale pada sistem container berbasis Kubernetes dengan service Nextcloud. Teknologi kontainerisasi memungkinkan aplikasi untuk dapat dijalankan pada satu Operating System (OS) yang sama sehingga server dapat bekerja lebih efisien, fleksibel dan lightweight. Menggunakan Kubernetes sebagai orchestration system manajamen, deployment dan scaling pada container dapat dilakukan dengan mudah. Sistem manajemen storage pada Kubernetes mengharuskan administrator membuat alokasi volume secara manual untuk dikonsumsi pod. Untuk mempermudah tugas administrator ditambahkan platform manajemen software defined storage berupa Ceph. Selanjutnya untuk mendukung cluster Kubernetes yang efisien dan efektif ditambahkan fungsi auto-scaling berbasis Horizontal Auto Scaling (HPA) pada service Nextcloud. Hasil analisa didapatkan dari penelitian komparatif antar sistem tanpa auto-scaling dan sistem dengan auto-scaling. Hasil menunjukan selisih 768 milicore pada alokasi minimum CPU, 0,61 Mbps pada parameter throughput, 6008,16 pada parameter successful transactions, 20,03 req/sec pada parameter transactions rate dan 27,85% pada parameter availability. Hal ini terjadi karena pada sistem dengan fungsi auto-scaling memiliki sifat redundant dan fleksibel dalam menangani lonjakan trafik yang terjadi.