Nilai perusahaan menjadi alat utama oleh perusahaan dalam memutuskan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja keuangannya sehingga perusahaan mempunyai misi untuk menyejahterakan pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan dengan memaksimalkan kinerja keuangannya. Meninjau akumulasi perusahaan mengalami kerugian dari tahun 2016 hingga 2019 secara berturut-turut. Berdasarkan data Indonesia Stock Exchange (IDX), perkembangan laba bersih di sektor consumer non-cyclicals mengalami penurunan yang signifikan. Rata-rata laba bersih di 35% perusahaan sektor ini adalah 1.576.839 di tahun 2018, menurun menjadi 1.500.102 di tahun 2019.
Riset ini menyelidiki pengaruh secara simultan dan parsial modal intelektual, kepemilikan manajerial, profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan consumer non-cyclicals di Indonesia yang dikategorikan dalam pencatatan utama.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Sampel studi ini adalah perusahaan sektor konsumsi non siklus yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2021. Teknik dalam pengumpulan sampel yang dipergunakan adalah purposive sampling hingga terkumpul 76 sampel dari 23 perusahaan sektor konsumsi non siklis. Teknik analisis yang diaplikasikan adalah regresi data panel yang dianalisis dengan aplikasi Eviews 12.
Hasil penelitian membuktikan bahwa modal intelektual, kepemilikan manajerial, dan profitabilitas secara simultan memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, intellectual capital dan kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Kemudian, profitabilitas memiliki hubungan negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini menyiratkan bahwa perusahaan memerlukan pengendalian yang baik berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai dari perusahaan. Maka dari itu, penelitian ini berimplikasi pada tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan pada perusahaan di sektor consumer noncyclicals.
Saran penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel yang berbeda untuk mengukur faktor nilai perusahaan, dan menggunakan proksi yang berbeda dari penelitian ini