Adanya kelebihan sampah, menunjukkan bahwa Kota Bandung masih menghadapi permasalahan sampah. Program Pemerintah seperti Kawasan Bebas Sampah (KBS), melalui konsep Kang Pisman, telah diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut, namun masih belum efektif dampaknya. Objek penelitian ini adalah pengelolaan sampah perkotaan di Permukiman Komersial, yaitu di Kompleks Perumahan Taman Rafflesia (RW 14, Kelurahan Sukapura, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung), yang telah menetapkan sebagai KBS dengan menjalankan pengelolaan sampah secara mandiri sejak Mei 2019. Tantangan yang dihadapi KBS, menunjukkan bahwa unsur penentu kepedulian masyarakat dalam mengelola sampah, tidak dapat berdiri sendiri. Stimulan untuk membangun persepsi positif dalam pengelolaan sampah perlu dirancang, untuk menumbuhkan sikap dan perilaku mengelola sampah. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Informan sebagai subyek penelitian ditetapkan melalui teknik purposive sampling, terdiri atas 4 informan dari kelompok pengelola sampah, dan 3 informan dari kelompok warga/penghuni kompleks perumahan. Fokus penelitian adalah mengidantifikasi sikap dan perilaku warga dan pengelola sampah dengan menggunakan teori yang telah dikembangkan oleh peneliti sebelumnya, yaitu “the triple drivers of ecopreneurial action”, yang terdiri atas aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi, bagaimana pola dalam mendorong sikap dan perilaku tersebut. Sementara itu, kelembagaan formal/nonformal, dan pemahaman ekonomi sirkular tidak luput dari pengamatan, bagaimana kedua dimensi tersebut juga berkontribusi mendorong sikap dan perilaku dalam pengelolaan sampah di Kompleks Perumahan Komersial. Hasil penelitian mengungkapkan, KBS Taman Rafflesia telah membangun persepsi baik terhadap warga karena manfaat yang diperoleh, meskipun secara konsep, praktik pengelolaan sampah tidak dipahami secara detail. Penelitian ini juga mengungkapkan, bahwa pola pikir sampah adalah sesuatu yang kotor dan tidak berguna, serta hal itu merupakan tanggung jawab petugas kebersihan, masih menjadi hambatan dalam membangun sikap dan perilaku mengelola sampah, terutama memilah sampah dari rumah tangga. Nilai lingkungan menjadi aspek terpenting pengelolaan sampah secara mandiri, diikuti nilai sosial, dan terakhir nilai ekonomi. Fenomena ini berbeda dengan hasil kajian yang telah dilakukan di permukiman padat penduduk/kumuh. Penelitian juga telah mengidentifikasi bahwa KBS Taman Rafflesia belum memiliki lembaga pengelola independen, sehingga belum memiliki kewenangan untuk mengatur sendiri program yang dijalankan. Tanpa disadari, program KBS Taman Rafflesia telah mendukung konsep ekonomi sirkular, namun belum sejalan dengan pengetahuan yang dimiliki secara teori. Dengan demikian, kampanye tentang ekonomi sirkular perlu dilakukan secara simultan, agar menjadi perilaku berkalanjutan, guna mencapai SDG’s 11.6 di tahun 2030.