Di era digital saat ini, konsep transaksi di ujung jari Anda telah merevolusi cara kita melakukan transaksi keuangan, memungkinkan kita untuk melakukannya di mana saja dan kapan saja. Sayangnya, hal ini diikuti dengan perilaku yang tidak sesuai dengan keamanan informasi, seperti menggunakan kata sandi yang sama untuk beberapa akun dan menganggap transaksi dengan WiFi publik sepenuhnya aman, dll. Perilaku yang tidak tepat terkait keamanan informasi meningkatkan risiko kejahatan siber. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang relevan untuk menumbuhkan perilaku keamanan informasi yang positif di kalangan pengguna mobile banking di Indonesia. Konstruksi dalam penelitian ini terdiri dari manajemen kata sandi, manajemen infrastruktur, manajemen email, persepsi keamanan, dan kekhawatiran privasi. Data yang dikumpulkan dari 197 responden berasal dari penyebaran kuesioner online dan dianalisis menggunakan teknik Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) dan analisis deskriptif. Penelitian ini mengungkapkan bahwa persepsi keamanan memberikan kontribusi terbesar dalam menumbuhkan perilaku keamanan informasi yang positif, diikuti oleh manajemen infrastruktur, masalah privasi, manajemen email, dan manajemen kata sandi. Berdasarkan analisis deskriptif dari bagian persepsi keamanan, pengguna mobile banking harus lebih sadar bahwa menggunakan WiFi publik untuk transaksi keuangan berisiko. Di sisi lain, di Indonesia, pengguna mobile banking telah menunjukkan indikasi yang baik dalam hal kepedulian terhadap keamanan perangkat mereka, yang perlu dipertahankan. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi penyedia layanan untuk mengedukasi penggunanya dan membuat peraturan seperti keharusan mengganti kata sandi. Hal ini dapat meminimalkan risiko kejahatan siber di kalangan pengguna mobile banking.
Kata kunci: kekhawatiran privasi, manajemen email, manajemen infrastruktur, mobile banking, manajemen kata sandi, persepsi keamanan, perilaku keamanan informasi