Pemilihan supplier merupakan tahapan krusial dalam kelancaran proyek konstruksi, terutama terkait pengadaan material seperti aspal, PT. Satria Buana Pamulang Sakti menghadapi kesulitan dalam menentukan pemasok yang tepat karena proses seleksi selama ini hanya mengandalkan intuisi tanpa adanya kriteria yang terstruktur. Akibatnya, terjadi keterlambatan pengiriman serta penurunan mutu material, yang berujung pada kerugian bagi perusahaan.
Penelitian ini menjadi signifikan karena kesalahan dalam memilih pemasok dapat menyebabkan pemborosan waktu dan biaya, serta menurunkan kualitas akhir proyek. Perbaikan kerusakan akibat aspal yang tidak sesuai spesifikasi dapat menimbulkan beban biaya tambahan, di mana aspal hotmix diperkirakan memerlukan anggaran sekitar Rp. 150.000 - Rp. 300.000 per meter persegi. Permasalahan tersebut menegaskan perlunya sistem evaluasi pemasok yang objektif dan terukur.
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk mendukung proses pengambilan keputusan. Empat kriteria utama yang dipertimbangkan meliputi kualitas, harga, ketepatan pengiriman, dan reputasi. Data diperoleh melalui wawancara dan penyebaran kuesioner, lalu dianalisis untuk menentukan bobot serta prioritas masing-masing pemasok.
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan, pemasok yang memperoleh nilai tertinggi sesuai dengan parameter penilaian yang telah ditentukan menjadi rekomendasi utama. Untuk material aspal Pen 60/70, PT. Bintang Djaja berhasil meraih nilai terbaik dengan skor 0,467. Sementara itu, dalam kategori emulsi, PT. Hutama Prima memimpin dengan perolehan skor 0,656, dan untuk kebutuhan solar industri, PT. Aidil Prapta Adibrata berada di peringkat pertama dengan skor 0,579. Pendekatan metodologi yang diterapkan memberikan kerangka kerja yang terstruktur dan dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk proses seleksi pemasok pada periode selanjutnya.
Kata Kunci: pemilihan supplier, kualitas, harga, pengiriman, reputasi, konstruksi