Penelitian ini bertujuan untuk merancang ulang subeng tradisional Bali dengan pendekatan desain modular yang disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi generasi muda. Subeng, sebagai salah satu bentuk perhiasan tradisional yang memiliki nilai estetika, filosofis, dan simbolik, mengalami penurunan minat di kalangan generasi muda akibat bentuknya yang dianggap kurang praktis serta tidak sesuai dengan tren minimalisme dan gaya hidup modern. Oleh karena itu, pendekatan modular diterapkan guna menghadirkan solusi desain yang lebih adaptif, fleksibel, dan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya lokal.
Metode yang digunakan dalam proses perancangan adalah metode eksperimen desain dengan pendekatan kualitatif. Tahapan perancangan meliputi eksplorasi visual, pengembangan sketsa, pembuatan prototipe, iterasi, hingga validasi terhadap calon pengguna. Ornamen tradisional Bali seperti Patra Punggel, karang bunga, dan bunga Kamboja (jepun) diadaptasi ke dalam bentuk visual yang disederhanakan agar sesuai dengan prinsip minimalis tanpa menghilangkan makna simboliknya. Hasil dari proses ini adalah rancangan set perhiasan bernama Putri Cening Ayu yang terdiri atas subeng, kalung, dan bros, yang dapat digunakan dalam konteks sehari-hari maupun acara adat.
Validasi dilakukan terhadap lima orang pengguna dari target sasaran, dan hasilnya menunjukkan bahwa desain dinilai telah sesuai dengan tujuan perancangan, baik dari segi estetika, kenyamanan, fleksibilitas pemakaian, maupun representasi nilai budaya. Berdasarkan masukan dari proses iteratif, sistem bongkar pasang batu alam dihilangkan untuk menyederhanakan desain sesuai dengan preferensi pengguna. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pelestarian budaya Bali melalui pendekatan desain yang kontekstual, estetis, dan relevan dengan perkembangan zaman.
Kata Kunci: Subeng, Desain Modular, Perhiasan Tradisional Bali, Generasi Muda, Desain Produk.