Perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia mendorong peningkatan kebutuhan layanan data berkecepatan tinggi, salah satunya melalui implementasi jaringan 5G. Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa jaringan 5G di Indonesia disiapkan untuk low band salah satunya pita frekuensi 700 MHz. Namun, pada pelaksanaannya pita frekuensi low band 700 MHz berdekatan dengan frekuensi yang digunakan oleh DVB-T2 yaitu 478–694 MHz. Penggunaan frekuensi yang berdekatan dapat menimbulkan potensi interferensi yang disebabkan karena adanya Adjacent Channel Interference. Penelitian ini akan menganalisis potensi interferensi antara 5G dan DVB-T2 menggunakan metode simulasi Spectrum Engineering Advanced Monte Carlo Analysis Tool (SEAMCAT) dengan menganalisis nilai Desired Received Signal Strength (dRSS), Interfering Received Signal Strength (iRSS) dan C/I dengan model propagasi Okumura-Hata. Simulasi dilakukan dengan menggunakan 4 skenario dengan variasi jarak 1-10 km dan transmit power 30-33 dBm. Hasil simulasi menunjukan bahwa probabilitas interferensi terkecil mencapai 1% saat transmit power 30 dBm dengan jarak 10 km. Rata-rata nilai dRSS cenderung stabil pada angka -85,79 dBm hingga -86,20 dBm sedangkan iRSS cenderung menurun seiring bertambahnya jarak dan transmit power. Penggunaan daya transmisi yang lebih tinggi meningkatkan risiko interferensi, khususnya pada jarak dekat. Oleh karena itu, penggunaan transmit power yang tepat perlu diterapkan untuk mengoptimalkan implementasi 5G tanpa mengganggu layanan DVB-T2, khususnya di wilayah dengan kepadatan pemancar yang tinggi.
Kata Kunci: C/I, dRSS, DVB-T2, iRSS, 5G.