Sektor teknologi di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dan menjadi pendorong utama transformasi ekonomi digital nasional. Fenomena ini mendorong perlunya penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya kecurangan laporan keuangan.
 
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh lima elemen fraud pentagon yakni pressure, opportunity, rationalization, competence, dan arrogance terhadap kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini juga ingin mengetahui pengaruh masing-masing faktor tersebut secara simultan dan parsial, sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai mekanisme terjadinya fraud di sektor teknologi.
 
Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan regresi logistik dan analisis statistik deskriptif. Data yang dianalisis merupakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan dari 30 perusahaan sektor teknologi selama lima tahun, sehingga menghasilkan 150 observasi. Setiap variabel diukur menggunakan indikator yang relevan, seperti financial stability untuk pressure, nature of industry untuk opportunity, serta change in auditor untuk rationalization, change in board director untuk competence, dan frequent number of CEO’s picture untuk arrogance.
 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, kelima variabel fraud pentagon berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun secara parsial, hanya opportunity dan arrogance yang terbukti berpengaruh signifikan, sedangkan pressure, rationalization, dan competence tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.
 
Penelitian ini memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang akuntansi, khususnya dalam deteksi fraud berbasis fraud pentagon. Bagi praktisi dan investor, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan pengambilan keputusan dalam menilai integritas laporan keuangan. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi atau variabel tambahan guna memperkaya analisis dan memperluas cakupan penelitian.
 
Kata Kunci: fraud pentagon, kecurangan laporan keuangan, sektor teknologi, regresi logistik, Bursa Efek Indonesia