Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem jaringan komunikasi berbasis Free-
Space Optic (FSO), Wi-Fi 6, dan Fiber to the Building (FTTB) guna mengatasi
keterbatasan cakupan sinyal dan ketergantungan pada kabel optik konvensional di Gedung
Tokong Nanas, Telkom University. Gedung ini merupakan pusat kegiatan akademik
dengan jumlah pengguna yang tinggi, sehingga dibutuhkan jaringan yang cepat, stabil,
dan efisien. Metode yang digunakan adalah pendekatan simulatif menggunakan perangkat
lunak OptiSystem untuk sistem FSO, perangkat simulasi topologi untuk jaringan Wi-Fi 6,
serta OptiSystem, AutoCAD, dan SketchUp untuk perancangan FTTB. Sistem FSO
dirancang dengan konfigurasi point-to-point menggunakan panjang gelombang 1550 nm
dan jarak maksimum 3 km. Sistem FTTB menggunakan panjang gelombang 1490 nm
untuk downstream dan 1310 nm untuk upstream.
Sampel dalam penelitian ini mencakup lintasan komunikasi dari STO Cijawura
hingga Gedung Tokong Nanas dengan melibatkan dua titik hop. Selain itu, dilakukan
analisis perancangan jaringan FTTB dari Mini OLT ke OTB dan menuju panel distribusi
di tiap lantai, serta simulasi jaringan Wi-Fi 6 berdasarkan distribusi pengguna dan tata
letak Access Point (AP) di dalam gedung. Teknik analisis meliputi evaluasi performa
jaringan melalui hasil simulasi dan analisis kelayakan finansial menggunakan metode Net
Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR).
Hasil analisis performa teknis menunjukkan bahwa sistem backbone FSO dan FTTB
memenuhi standar kelayakan dengan nilai Bit Error Rate (BER) ? 10??, Signal-to-Noise
Ratio (SNR) ? 22 dB, Q-Factor ? 6, dan Link Power Budget (LPB) ? ?28 dBm. Nilai BER
yang sangat rendah menunjukkan minimnya kesalahan transmisi data, sedangkan SNR
dan Q-Factor yang tinggi mengindikasikan kualitas sinyal yang baik. Untuk jaringan Wi-
Fi 6, hasil simulasi menunjukkan kebutuhan sebanyak 158 AP, lebih besar dibandingkan
kondisi eksisting sebesar 97 AP, dengan nilai Received Signal Strength Indicator (RSSI)
> ?67 dBm, yang sesuai dengan standar kelayakan untuk konektivitas optimal. Analisis
finansial menghasilkan NPV sebesar Rp 8.685.714.831,00 dan IRR sebesar 30%,
keduanya melebihi target kelayakan yaitu NPV > 0 dan IRR > 6%.