Dampak negatifnya antara lain kesulitan bersosialisasi, kesepian, persepsi diri rendah, dan berbagai gangguan perkembangan, yang semuanya dapat disebabkan oleh perbedaan budaya, bahasa, dan komunikasi yang ditemukan di tempat baru. Hasil survei pendahuluan peneliti juga mengonfirmasi adanya hambatan terhadap interaksi sosial awal di antara anak-anak. Studi ini menggunakan fenomenologi kualitatif konstruktif untuk menilai pengalaman adaptasi sosial anak-anak pekerja migran sirkuler. Data dikumpulkan melalui wawancara daring semi-terstruktur dengan lima informan (berusia 20–22) berdasarkan kriteria tertentu dan dilengkapi dengan observasi dan dokumentasi. Analisis data mengikuti model interaktif Miles-Huberman (pengumpulan, reduksi, penyajian, dan kesimpulan) dengan pengujian triangulasi validitas sumber. Temuan penelitian menunjukkan bahwa adaptasi sosial anak-anak pekerja migran sirkuler dimediasi oleh kualitas pengasuhan, yang menanamkan nilai- nilai sosial untuk memandu adaptasi; kemampuan kognitif, seperti efikasi diri dan fleksibilitas kognitif; dan strategi komunikasi aktif. Anak-anak mengembangkan pola penyesuaian bahasa dan interaksi berdasarkan Teori Adaptasi Interaksi untuk mencapai sinkronisasi sosial sambil memanfaatkan modal sosial dari jaringan teman sebaya dan tokoh penting seperti guru dan orang tua.