Di era digital, platform rekrutmen seperti LinkedIn menjadi alat vital untuk pengembangan karir. Namun, pemanfaatannya di kalangan pencari kerja muda di Indonesia belum optimal, menandakan adanya kesenjangan antara ketersediaan teknologi dan adopsi yang efektif untuk meningkatkan prospek karir. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi niat generasi muda dalam menggunakan LinkedIn sebagai sarana pengembangan karir, dengan mengaplikasikan model Extended Theory of Planned Behavior (TPB).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data yang dianalisis melalui Partial Least Squares-Structural Equation Modeling (PLS-SEM) menggunakan RStudio. Model penelitian menguji tujuh variabel: Perceived Usefulness (PU), Perceived Ease of Use (PEU), Price Value (PV), Attitude Toward Behavior (ATT), Subjective Norm (SN), Perceived Behavioral Control (PBC), dan Behavioral Intention (INT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap positif (ATT) terhadap LinkedIn secara signifikan dibentuk oleh persepsi kemudahan (PEU), persepsi manfaat (PU), dan persepsi nilai (PV), dengan kemudahan penggunaan sebagai faktor terkuat. Selanjutnya, niat (INT) untuk menggunakan platform secara berkelanjutan secara signifikan dipengaruhi oleh sikap (ATT), persepsi manfaat (PU), norma subjektif (SN), dan kontrol perilaku (PBC). Ditemukan bahwa persepsi manfaat (PU) memiliki pengaruh langsung terhadap niat, sementara persepsi nilai (PV) hanya berpengaruh secara tidak langsung melalui sikap.
Temuan ini mengimplikasikan bahwa untuk mendorong adopsi, strategi tidak cukup hanya berfokus pada fitur, tetapi harus pada penciptaan pengalaman yang mudah dan pembentukan sikap positif. Bagi generasi muda, penelitian ini mengonfirmasi bahwa pemanfaatan LinkedIn secara proaktif adalah langkah strategis untuk pengembangan karir, peningkatan prospek kerja, dan membangun citra profesional di pasar kerja yang kompetitif.