Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respons pasar modal Indonesia terhadap peluncuran Danantara, sebuah inisiatif digitalisasi fiskal yang diimplementasikan oleh pemerintah pada tanggal 24 Februari 2025. Studi ini mengkaji lima indikator pasar utama: harga saham, abnormal return (AR), cumulative abnormal return (CAR), volume transaksi, dan risiko saham, dengan fokus pada empat bank BUMN besar—BBRI, BMRI, BBNI, dan BBTN. Menggunakan metode event study dengan jendela peristiwa (–7, +7) dan paired-sample t-test serta uji Wilcoxon Signed-Rank, hasil penelitian menunjukkan bahwa peluncuran Danantara tidak menghasilkan perubahan signifikan pada seluruh indikator yang diuji. Temuan ini mendukung bentuk semi-kuat dari Efficient Market Hypothesis, di mana informasi publik yang bersifat makro dan tidak eksklusif segera diinternalisasi oleh pasar tanpa menciptakan peluang arbitrase. Selain itu, stabilitas harga, volume, dan risiko menunjukkan bahwa pasar bereaksi secara efisien, tanpa indikasi overreaction, trading frenzy, atau peningkatan policy-induced uncertainty. Analisis ini juga mengindikasikan adanya peran penting dari firm-level filters dan persepsi investor terhadap kredibilitas sinyal dalam menentukan respons pasar. Implikasi praktis dari temuan ini relevan bagi regulator, emiten BUMN, investor institusi, serta penyedia teknologi finansial dalam merancang strategi komunikasi dan kolaborasi pada inisiatif digital nasional mendatang.
Kata Kunci: Pasar modal, Danantara, event study, efisiensi pasar, bank BUMN, digitalisasi fiskal, sinyal kebijakan, risiko saham, volume transaksi, abnormal return