Tingginya angka perceraian di Jawa Barat pada tahun 2024 mencapai 88.842 kasus yang menyebabkan banyak anak mengalami ketidakhadiran figur ayah, baik secara fisik maupun emosional. Kondisi ini berdampak signifikan terhadap perkembangan emosional dan kemampuan komunikasi interpersonal, khususnya pada perempuan remaja akhir yang berada dalam fase penting pembentukan identitas diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami dinamika komunikasi interpersonal perempuan remaja akhir berusia 18-21 tahun di Jawa Barat yang mengalami ketidakhadiran figur ayah. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi Edmund Husserl (1938) untuk menelusuri makna subjektif pengalaman para informan melalui tahapan fenomena, epoche, konstitusi, kesadaran, dan reduksi. Analisis data mengacu pada teori komunikasi interpersonal Joseph A. DeVito (2016) yang mencakup lima aspek utama, yaitu keterbukaan, empati, perilaku suportif, sikap positif, dan kesetaraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan mengalami hambatan dalam aspek keterbukaan dan kesetaraan dalam berkomunikasi dengan lingkungan keluarga maupun sekitar. Meskipun demikian, aspek empati dan dukungan lebih banyak ditemukan dalam relasi pertemanan. Penelitian ini memberikan pemahaman menyeluruh mengenai bagaimana perempuan remaja akhir membentuk dan mempertahankan komunikasi interpersonal di tengah ketidakhadiran figur ayah, serta menjadi dasar dalam mengembangkan pendekatan komunikasi yang lebih empatik dan suportif bagi individu dengan latar belakang serupa.
Kata Kunci: komunikasi interpersonal, figur ayah, perempuan remaja akhir, fenomenologi.