Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh environmental, social, dan governance terhadap financial distress dengan variabel kontrol financial slack dan asset tangibility pada perusahaan sektor energi di negara berkembang kawasan Asia Tenggara. Sampel penelitian terdiri dari 15 perusahaan dengan jumlah observasi sebanyak 150 observasi. Data diekstraksi dari database Thomson Reuters untuk periode 2014 hingga 2023. Penelitian ini menggunakan pendekatan data panel dengan estimasi efek tetap. Temuan menunjukkan bahwa pilar lingkungan (ENV) dan pilar sosial (SOC) memiliki dampak positif terhadap Z-score namun tidak signifikan, mengindikasikan kedua aktivitas tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko financial distress. Sebaliknya, pilar tata kelola (GOV) memiliki dampak negatif terhadap Z-score dan signifikan, mengindikasikan bahwa peningkatan praktik tata kelola justru meningkatkan risiko financial distress. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, fokus penelitian hanya pada sektor energi di kawasan Asia Tenggara. Kedua, pengukuran ESG bergantung pada skor Thomson Reuters, yang mengundang investigasi lebih lanjut dengan menggunakan berbagai penyedia skor ESG, seperti Bloomberg, MSCI, dan Sustainalytics. Ketiga, faktor makroekonomi seperti volatilitas pasar energi dan regulasi lingkungan spesifik negara belum dipertimbangkan dalam model. Penelitian selanjutnya dapat memperluas cakupan sektor, menggunakan alternatif pengukuran ESG, dan mempertimbangkan variabel makroekonomi. Penelitian ini berkontribusi pada literatur dengan mengkaji peran kinerja ESG dalam mitigasi financial distress, khususnya di sektor energi di negara berkembang. Temuan ini memberikan wawasan teoritis dan implikasi praktis bagi manajemen sektor energi dan pembuat kebijakan dalam merancang strategi mitigasi risiko keuangan melalui implementasi praktik ESG yang komprehensif. Penelitian ini merekomendasikan perlunya evaluasi kembali praktik tata kelola yang efisien dan berorientasi nilai, pengembangan regulasi yang seimbang tanpa membebani biaya kepatuhan berlebihan, serta pertimbangan faktor financial slack dan asset tangibility sebagai indikator penyeimbang dalam penilaian investasi sektor energi.
Kata Kunci: financial distress, kinerja ESG, negara berkembang, sektor energi