Sektor manufaktur menyumbang sekitar seperlima PDB Indonesia, namun data OJK per 11 September 2024 mencatat bahwa 7 dari 8 perusahaan yang dikecualikan dari pelaporan karena pailit berasal dari sektor ini. Fakta ini mencerminkan tingginya kerentanan sektor manufaktur terhadap financial distress, terutama ketika dihadapkan pada tekanan eksternal seperti pandemi COVID-19 dan ketegangan geopolitik global. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi potensi kesulitan keuangan guna mendukung strategi mitigasi risiko yang lebih efektif.
Penelitian ini mengkaji pengaruh rasio keuangan, yakni likuiditas dan profitabilitas, serta aspek tata kelola perusahaan berupa kepemilikan institusional dan independensi dewan terhadap kondisi financial distress. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis peran ukuran perusahaan sebagai variabel moderasi untuk mengetahui apakah skala usaha dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel-variabel tersebut dan potensi distress.
Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode regresi data panel terhadap 205 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2019–2023, studi ini menemukan bahwa seluruh variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Profitabilitas menunjukkan pengaruh positif yang konsisten, sedangkan likuiditas baru signifikan setelah dimoderasi oleh ukuran perusahaan. Sebaliknya, kepemilikan institusional dan independensi dewan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Temuan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi manajemen dan investor dalam mengidentifikasi indikator awal distress serta menyusun strategi keuangan dan tata kelola yang adaptif terhadap skala usaha.
Kata kunci: Financial distress , Rasio Keuangan, Tata Kelola Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Regresi Data Panel