UMKM sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia memiliki kontribusi dalam penciptaaan lapangan kerja dan meningkatkan PDB. UMKM sendiri terbagi menjadi 3 kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah. Dari 3 tiga kategori UMKM berdasarkan omset tersebut, UMKM akan terbagi lagi menjadi beberapa kategori seperti kuliner, fashion, kerajinan tangan, dan lain-lain. Pertumbuhan jumlah UMKM tentunya akan berdampak positif salah satunya dapat membuka lapangan pekerja baru. Pada penelitian ini membahas tentang UMKM kuliner di sekitar Universitas Telkom yang menggunakan daging ayam broiler sebagai salah satu bahan baku utamanya. Dari hasil wawancara dan survei lapangan yang dilakukan didapat setidaknya 20 UMKM kuliner di sekitar Universitas Telkom yang menggunakan daging ayam broiler sebagai salah satu bahan bakunya. UMKM-UMKM ini memiliki kebutuhan daging ayam broiler yang bervariasi muali dari 1 Kg/hari hingga yang paling banyak adalah 100 Kg/hari. Untuk memenuhi kebutuhan daging ayam broiler setiap harinya UMKM kuliner ini mayoritas masih membeli di pasar-pasar yang ada di Kabupaten Bandung dan sisanya membeli dari pemasok yang sudah berlangganan. Setelah dilakukan wawancara dan survei lapangan yang mendalam diketahui bahwa UMKM-UMKM kuliner ini mengeluhkan harga daging ayam broiler yang tinggi menurut mereka. Tingginya harga bahan baku khususnya ayam saat ini menjadi tantangan terbesar bagi UMKM kuliner di sekitar Universitas Telkom. Sebagai perbandingan rata-rata harga daging ayam broiler di pasar-pasar Kabupaten Bandung pada tahun 2023 adalah Rp 35.884/Kg sedangkan rata-rata harga pada tahun 2024 mencapai Rp 36.029/Kg di pasar-pasar Kabupaten Bandung. Kemudian tingkat konsumsi daging ayam broiler pada tahun 2023 adalah 0,196 Kg/minggu per kapita dan pada tahun 2024 di Kab. Bandung adalah 0,186 Kg/minggu per kapita, hal ini selaras dengan harga daging ayam broiler yang tinggi pada tahun 2024 sehingga tingkat konsumsi menurun.
Harga daging ayam broiler yang tinggi ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti rantai pasok bahan baku yang cukup panjang dan fluktuasi harga pada pasar. Rantai pasok yang panjang menjadi fokus utama penelitian ini, rantai pasok yang panjang menyebabkan harga daging ayam broiler bagi UMKM kuliner di sekitar Universitas Telkom menjadi tinggi karena setiap pihak yang terlibat pada rantai pasok eksisting tersebut sudah pasti mengambil margin keuntungan. Untuk mengatasi permasalahan ini peneliti mengusulkan untuk membuat unit usaha baru yang dapat berperan sebagai Rumah Potong Ayam sekaligus distributor bahan baku daging ayam broiler untuk UMKM kuliner disekitar Universitas Telkom dengan tujuan untuk meredam fluktuasi harga dan memberikan harga daging ayam broiler yang lebih rendah dari harga di pasar-pasar Kabupaten Bandung yang tentunya akan tetap menjaga kualitas produk. Untuk merancang usaha RPA usulan ini perlu menentukan lokasi fasilitas optimal. Metode CFLP (Capacitated Facility Location Problem) adalah metode penentuan lokasi yang memiliki fungsi tujuan meminimasi biaya transportasi dan biaya pembangunan fasilitas dengan batasan kapasitas. Hasil yang didapat dari metode CFLP ini adalah kandidat lokasi 2 yang berlokasi di 2JMF+R6J Sukapura, Kab. Bandung, Jawa Barat. Selanjutnya untuk menilai apakah perancangan usaha RPA usulan ini layak untuk dijalankan akan menggunakan kerangka kerja analisis kelayakan usaha yang akan menilai berdasarkan aspek finansial dan aspek non-finansial. Untuk aspek finansial dilakukan perhitungan seperti Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), dan Payback Period (PP) untuk dapat menentukan usaha tersebut layak atau tidak layak untuk direalisasikan. Dari hasil rancangan yang dilakukan bahwa rancangan usaha RPA usulan ini memiliki nilai NPV Rp 8.682.161.681 dan IRR 47% dengan waktu PP 2 tahun yang berarti bahwa rancangan ini layak untuk direalisasikan.
Kata kunci: Daging Ayam Broiler, UMKM Kuliner, Rantai Pasok, CFLP, Analisis Kelayakan Usaha