Di pasar saham, terdapat dua kategori investor: mereka yang memilih saham untuk investasi dengan menggunakan pendekatan pola berdasarkan data harga historis saham, dan mereka yang menggunakan pendekatan komprehensif untuk menganalisis perusahaan, seperti melalui laporan keuangan. Salah satu strategi yang umum diterapkan pada pendekatan yang kedua adalah value investing. Investor yang menerapkan strategi value investing akan memilih untuk membeli saham yang ditawarkan di bawah harga wajarnya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemilihan saham ke dalam portofolio investasi secara terintegrasi, dengan mengkombinasikan pola data historis berupa prediksi return dan value investing dengan menggunakan beberapa model valuasi. Prediksi return saham dilakukan dengan menggunakan metode Long Short Term Memory (LSTM) dan valuasi saham dihitung dengan empat model valuasi yaitu price to earnings (PE), price to book value (PBV), dividend discount model (DDM), dan discounted cash flow (DCF) model. Saham yang dipilih adalah saham yang diprediksi memberikan return yang tinggi dengan harga pasar di bawah nilai valuasi yang telah dihitung menggunakan keempat metode tersebut. Portofolio kemudian dibangun dari saham perusahaan yang dipilih menggunakan metode equal weight. Penelitian ini menyajikan tiga skenario untuk eksperimen, yang pertama adalah portofolio yang akan diperbarui setiap tahun hanya dengan valuasi saham, yang kedua adalah portofolio yang akan diperbarui setiap tahun dengan prediksi pengembalian saham sebagai faktor dalam pemilihan saham, lalu yang ketiga menggabungkan kedua metode. Studi ini menemukan bahwa portofolio yang menggabungkan peramalan harga saham dengan valuasi memiliki rerata pengembalian lebih tinggi dari portofolio yang menggunakan valuasi namun lebih rendah dari portofolio yang menggunakan peramalan harga saham untuk semua batas dari 0% hingga 10%. Meskipun demikian, portofolio gabungan ini memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan portofolio yang hanya menggunakan peramalan harga.