Pemanasan global atau global warming merupakan permasalahan yang berdampak luas, termasuk di Indonesia dan Malaysia, yang disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan dan pembakaran hutan yang meningkatkan emisi gas rumah kaca. Sektor perbankan turut berperan melalui pendanaan proyek beremisi tinggi yang memperburuk perubahan iklim. Untuk mengurangi dampak tersebut, konsep green banking diterapkan guna mendorong prinsip keberlanjutan dalam operasional perbankan. Adanya pengungkapan green banking yang dilakukan perbankan mencerminkan kepatuhan atas regulasi pemerintah yang ditetapkan di Indonesia dan Malaysia. Namun demikian, masih terdapat bank di Indonesia dan Malaysia yang belum memiliki kesadaran dalam mengatasi isu-isu lingkungan dengan tidak bersikap transparan terkait laporan terhadap dampak lingkungannya serta tidak mengungkapkan secara lengkap terkait pengungkapan green banking.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh financial performance, diversitas gender direksi, human resource slack, komisaris independen, dan kepemilikan institusional, terhadap pengungkapan green banking pada bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Malaysia periode 2019-2023. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi data panel serta analisis deskriptif dengan memanfaatkan teknologi software Eviews 12.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa financial performance, diversitas gender direksi, human resource slack, komisaris independen, dan kepemilikan institusional secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan green banking pada bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Malaysia. Secara parsial, ditemukan bahwa financial performance, komisaris independen, dan kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan green banking pada data gabungan Indonesia dan Malaysia. Hasil tersebut juga sama pada data Indonesia. Sedangkan, di Malaysia financial performance berpengaruh negatif sementara diversitas gender direksi, dan komiraris independen menunjukkan pengaruh positif. Dengan demikian, human resource slack untuk kedua negara antara Indonesia dan Malaysia tidak memiliki pengaruh signifikan terhdap pengungkapan green banking.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dan dapat dikaji kembali dengan perluasan sampel serta penambahan variabel independen pada sektor bank umum konvensional, tidak hanya di Indonesia dan Malaysia, tetapi juga pada negara lain di kawasan Asia Tenggara atau negara berkembang lainnya.
Kata Kunci : Green Banking, Financial Performance, Diversitas Gender Direksi, Human Resource Slack, Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional