Perkembangan teknologi sepeda motor listrik di Indonesia mendorong transisi menuju transportasi berkelanjutan, menawarkan solusi ramah lingkungan sebagai alternatif kendaraan konvensional. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi niat masyarakat mengadopsi sepeda motor listrik menggunakan pendekatan Technology Readiness and Acceptance Model (TRAM) dengan metode kuantitatif melalui Partial Least Squares - Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan kepada 309 responden dari berbagai wilayah di Indonesia, mencakup pengguna sepeda motor listrik atau yang memiliki pengetahuan tentang teknologi ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor psikologis, seperti optimism (OP) dan innovativeness (IN), memiliki pengaruh positif signifikan terhadap perceived usefulness (PU) dan perceived ease of use (PEOU), dengan koefisien jalur masing-masing OP ? PU: 0,398 (p = 0,000) dan IN ? PEOU: 0,737 (p = 0,000). Sebaliknya, discomfort (DC) berpengaruh negatif signifikan terhadap PEOU dengan koefisien -0,221 (p = 0,000) akibat keterbatasan infrastruktur Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU), sementara insecurity (IS) tidak signifikan terhadap PU (? = -0,043; p = 0,171) dan PEOU (? = -0,014; p = 0,012). Lebih lanjut, PEOU memengaruhi PU (? = 0,165; p = 0,002), attitude toward use (AT) (? = 0,451; p = 0,000), dan behavioral intention (BI) (? = 0,758; p = 0,000) melalui mediasi PU, dengan model TRAM menjelaskan 57,5% varians BI. Temuan ini memberikan wawasan tentang peran faktor psikologis dan infrastruktur dalam mendorong adopsi sepeda motor listrik, mendukung target 2,1 juta unit pada 2030 di tengah tantangan seperti penurunan penjualan 70% awal 2025 akibat ketidakpastian subsidi Rp7 juta per unit.
Kata kunci: sepeda motor listrik, penerimaan teknologi, TRAM, PLS-SEM, Indonesia