JAST1 menyediakan layanan bandwith kepada Telkom dan Telkomsel. Selama pelaksanaan kontrak bisnis, JAST1 mengalami beberapa kejadian risiko operasional pada aktivitas bisnisnya yang kemudian menyebabkan penurunan keuntungan. JAST1 menawarkan harga yang lebih murah dibanding kompetitornya dalam rangka mengantisipasi persaingan yang berdampak penurunan pendapatan sekitar 20 persen. Kejadian lainnya adalah keterlambatan dalam proyek konstruksi akan mengurangi pendapatan juga. Dampak terbesar JAST1 berasal dari kegagalan dalam Service Deployment Platform (SDP), proyek Telkom. Kejadian tersebut membuat arus kas bersih JAST1 negatif hingga hari ini. Kondisi ini mendorong Manajemen menjadi lebih sadar akan peristiwa risiko di perusahaannya, terutama di unit bisnis VSAT yang merupakan sumber pendapatan utama bagi perusahaan.
Manajemen risiko dalam penelitian ini mengadopsi Standar Australia / New Zealand Standard (AS / NZS). Tahap dalam pengelolaan risiko terdiri dari lima proses termasuk penetapan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, dan pengolahan risiko. Penentuan batas manajemen risiko dilakukan pada proses penetapan konteks menghasilkan SWOT. Identifikasi risiko menghasilkan kejadian-kejadian risiko yang dimiliki JAST1. Analisis risiko menghasilkan nilai risiko yang dinyatakan dengan RPN. Evaluasi risiko menghasilkan peta risiko. penentuan cara pengolahan risiko dilakukan pada tahap pengolahan risiko.Tahap analisis dan evaluasi risiko menggunakan metode FMEA.
Manajemen risiko ini menghasilkan 19 kejadian risiko. Empat diantara kejadian risiko tersebut tergolong intolerable, 7 diantaranya tergolong ALARP, dan 8 kejadian tergolong broadly acceptable. Risiko yang tergolong dalam intolerable dan ALARP merupakan risiko yang harus dikelola oleh JAST1.Berkurangnya jumlah proyek yang didapat JAST1 merupakan kejadian risiko yang memiliki RPN tertinggi dan masuk dalam kelompok intolerable. JAST1 memiliki kemampuan kontrol (detection) yang tinggi terhadap kejadian ini namun kejadian ini memiliki dampak (severity) yang besar dan tingkat kemunculan (occurance) yang tinggi. Kejadian ini dikelolah dengan mengurangi probabilitas kemunculannya. Kesalahpahaman mengenai pekerjaan yang telah diselesaikan dan siapa pelaksananya merupakan kejadian risiko yang memiliki nilai RPN terendah. Kejadian ini termasuk pada kelompok broadly acceptable sehingga tidak perlu dilakukan pengolahan. Kejadian ini memiliki dampak yang dapat dinetralisir oleh perusahaan, probabilitas kemunculannya rendah dan kemampuan kontrol JAST1 tinggi. risiko operasional, SWOT, FMEA, AS/NZS