Pertumbuhan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang memadai, yang berdampak pada kualitas hidup dan harapan hidup. Anak usia dini yang kekurangan gizi berisiko tinggi mengalami stunting, yang memengaruhi perkembangan otak dan tinggi badan mereka. Stunting membatasi potensi anak hingga dewasa, mempengaruhi aspek pendidikan, sosial, dan partisipasi dalam masyarakat. Indonesia memiliki visi menjadi negara maju pada tahun 2045, tetapi stunting tetap menjadi hambatan dalam upaya pembangunan sumber daya manusia. Pemerintah fokus pada penurunan angka stunting sebagai prioritas, memandang aplikasi monitoring kesehatan dari sudut pandang Enterprise Resource Planning (ERP) sebagai solusi yang menjanjikan. Namun, implementasi aplikasi ini masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti penggunaan aplikasi yang masih terbatas dan berbagai hambatan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerimaan masyarakat, khususnya tenaga kesehatan dan ibu PKK, terhadap aplikasi monitoring kesehatan dengan menggunakan model penerimaan aplikasi Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 (UTAUT2). Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar hipotesis diterima. Facilitating Conditions (FC) secara signifikan memengaruhi Use Behavior (UB) pada kelompok usia 25-34 dan 35+ dengan p-value sebesar 0.017, yang menekankan pentingnya meningkatkan dukungan teknis dan infrastruktur bagi kelompok usia tersebut. Selain itu, Behavioral Intention (BI) dengan t-value sebesar 6.297, yang mencerminkan niat seseorang untuk menggunakan aplikasi, terbukti berpengaruh langsung terhadap Use Behavior. Oleh karena itu, disarankan untuk fokus pada peningkatan persepsi kemudahan penggunaan, manfaat aplikasi, dan motivasi pengguna demi meningkatkan adopsi aplikasi. Temuan ini memberikan wawasan penting untuk meningkatkan adopsi dan efektivitas aplikasi monitoring kesehatan di Indonesia, khususnya dalam upaya pencegahan stunting.