Meningkatnya minat terhadap wisata sejarah dan budaya, mendorong kebutuhan media visual dan digital yang interaktif untuk mendukung pelestarian warisan budaya tangible dan intangible. Penelitian ini mengambil studi kasus di Living Museum Sakola Kautamaan Istri, sekolah perempuan milik Dewi Sartika yang kini berfungsi sebagai museum edukasi berbasis budaya keputrian Sunda. Identifikasi permasalahan museum yakni rendahnya kunjungan, media pamer yang bersifat satu arah, ketiadaan pemandu, tampilan infografis dan poster belum memiliki kesatuan gaya, alur kunjungan tidak terstruktur, dan ruang serta aktivitas pengunjung masih terbatas. Pendekatan desain partisipatif, berbasis framework design thinking digunakan untuk mendukung kolaborasi publik. Partisipatif berada pada tingkat involve, karena keputusan diambil oleh peneliti bersama pengelola museum. Metode pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, studi literatur, kuesioner, dan FGD. Hasil penelitian berupa perancangan pedoman visual terdiri dari kombinasi warna merah muda, biru, coklat, dan hijau dengan saturasi rendah, elemen grafis bunga Patrakomala, gaya handrawn pada ilustrasi tokoh perempuan Sunda, serta font Expo Serif Pro dan DM Sans yang menciptakan suasana sekolah di masa lalu. Penerapan storytelling interaktif dilakukan melalui rute walking tour baru Herstory: Inggit Garnasih dan Dewi Sartika, sejauh 2 km dengan dukungan infografis, poster, perangkat digital, dan postcard yang ilustrasinya dikembangkan memakai metode reinforcing dan reskinning melalui ChatGPT dan Kling, dilengkapi barcode untuk pengalaman interaktif. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan pengalaman afektif dan kognitif pengunjung, serta potensi promosi melalui mock-up media sosial bertema fun fact budaya. Penelitian ini dapat menjadi acuan pengembangan storytelling interaktif pada living museum lain yang memiliki keterbatasan ruang dan informasi sejarah.