Pandemi Covid-19 menyebabkan peningkatan NPL bank umum dari 2,6% (2019) menjadi >3% (2020-2022), mengungkap ketidakefektifan pendekatan penilaian kredit tradisional yang mengandalkan collateral-heavy approach. Penelitian ini menganalisis hierarki prioritas kriteria dan karakteristik spesifik dalam keputusan pemberian fasilitas kredit menengah di BRI Denpasar menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode kuantitatif deskriptif analitis dengan struktur hierarki 3 level: tujuan, tiga kriteria utama (kinerja keuangan, penilaian agunan, jenis usaha), dan tujuh sub-kriteria. Data primer dikumpulkan dari 25 pejabat kredit melalui kuesioner perbandingan berpasangan, data sekunder dari 17 perusahaan nasabah kredit menengah periode 2022-2024 (plafond ?Rp25 miliar, beroperasi ?3 tahun). Analisis menggunakan geometric mean dan validasi software SpiceLogic dengan CR ? 0.1. Hasil menunjukkan kinerja keuangan dominan (54.8%), diikuti jenis usaha (24.1%) dan penilaian agunan (21.1%). Sub-kriteria tertinggi: rasio likuiditas (22.5%) dengan Current Ratio optimal 1.5-2.5, rasio profitabilitas (18.0%) dengan ROA berkelanjutan 8-15%, rasio solvabilitas (14.3%) dengan DER 0.5-1.5. Riwayat usaha (12.0%) lebih diprioritaskan dari sektor usaha (10.0%), mengonfirmasi pergeseran menuju character-centric evaluation. Penelitian membuktikan paradigma shift dari collateral-heavy menuju integrated assessment yang mengutamakan kemampuan keuangan defensif dan integritas bisnis. Formula AHP Score tervalidasi empiris dengan distribusi risiko 35.3% rendah, 29.4% sedang, 23.5% tinggi, 11.8% sangat tinggi, memberikan framework objektif standardisasi proses kredit menengah yang aplikatif.