Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerimaan film Yuni (2021) oleh wanita di daerah pedesaan Katapang, yang dihadapkan pada norma-norma tradisional yang membatasi kebebasan wanita. Film Yuni mengangkat isu emansipasi wanita dalam konteks budaya patriarki melalui cerita seorang remaja wanita yang menolak pernikahan dini demi pendidikan. Dengan pendekatan kualitatif dan teori resepsi Stuart Hall, penelitian ini melibatkan 10 informan wanita yang dibagi berdasarkan tingkat pendidikan. Informan diminta menonton film Yuni dan wawancara dilakukan untuk memahami posisi mereka: dominan, negosiasi, atau oposisi. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas informan berada pada posisi dominan, yang menerima pesan
film tentang perjuangan emansipasi wanita. Beberapa informan berada pada posisi negosiasi, mengakui perjuangan wanita namun mempertanyakan penggambaran realitas tertentu dalam film. Sebagian kecil berada pada posisi oposisi, menolak beberapa adegan yang memperkuat norma patriarki. Penelitian ini menegaskan bahwa film dapat menjadi alat penting untuk meningkatkan kesadaran tentang kesetaraan gender dan memperjuangkan hak wanita, khususnya dalam masyarakat tradisional.