Penelitian ini menganalisis wacana kekerasan seksual dalam lingkup keagamaan yang direpresentasikan dalam film Tuhan Izinkan Aku Berdosa menggunakan kerangka analisis wacana kritis Sara Mills. Dengan fokus pada level kata, kalimat, dan wacana, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana bahasa dan representasi visual dalam film membentuk narasi kekerasan seksual yang berakar pada dominasi kekuasaan dan ideologi patriarki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini secara eksplisit menggambarkan kekerasan seksual melalui penggunaan diksi yang merendahkan dan mengobjektifikasi perempuan, seperti "nikah siri," "lonte," "gila," dan "burung merak," yang secara halus memanipulasi dan mengeksploitasi kerentanan korban. Pada level wacana, film ini memperlihatkan perubahan karakter Kiran dari seorang yang idealis menjadi korban yang tertekan secara psikologis akibat kekerasan yang dialaminya. Fragmentasi adegan, fokalisasi yang menempatkan perempuan sebagai objek, dan skemata yang menunjukkan penyalahgunaan otoritas agama, semuanya berkontribusi pada penguatan narasi patriarki. Film ini tidak hanya merefleksikan realitas pahit kekerasan seksual yang sering disamarkan oleh topeng kesalehan, tetapi juga berfungsi sebagai kritik tajam terhadap struktur kekuasaan yang timpang dalam masyarakat. Penelitian ini menegaskan bahwa kekerasan seksual dalam lingkup keagamaan adalah isu kompleks yang melibatkan manipulasi bahasa, relasi kuasa, dan hegemoni budaya patriarki, yang memerlukan dekonstruksi wacana untuk mencapai kesetaraan gender.
Kata Kunci: Kekerasan Seksual, Lingkup Keagamaan, Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa, Analisis Wacana Kritis, Sara Mills, Patriarki.